• Jumat, 19 April 2024

Kenali Makanan Khas Berau Yang Sudah Ada Sejak Abad ke-17

BERAU, LENSAKU – Dua makanan khas Kabupaten Berau, yakni Puncak Rasul dan Ancur Paddas tentu tidak pernah absen pada setiap kegiatan upacara adat. Hal itu karena kedua kuliner itu sudah menjadi hal yang wajib untuk selalu disajikan sejak zaman kerajaan.

Pasalnya, dua makanan khas itu punya makna tersendiri bagi masyarakat Bumi Batiwakkal. Seperti Ancur Paddas, yang dilihat dari namanya mempunyai arti Bubur Pedas. Memang benar rasa bubur yang satu ini terasa sedikit pedas.

Untuk diketahui, Ancur Paddas sudah dikenal sebagai makanan khas Suku Banua sejak tahun 1600-an atau abad ke-17. Dulunya, kuliner itu selalu disajikan sebagai makanan ringan untuk menjamu para tamu di Keraton Kesultanan Berau, Kalimantan Timur.

Di beberapa kampung pun biasanya bubur itu selalu disajikan saat ada upacara adat atau kegiatan syukuran. Namun, kadang juga dihidangkan saat perayaan Bapallas Bidan atau naik ayunan bagi warga yang baru melahirkan.

Untuk membuat makanan ini, bahan yang diperlukan yaitu beras, tudai atau kerang, buah labu, air, minyak goreng, daun singkil, jaung, udang kering, dan sayur mayur. Adapun bumbu yang dipakai adalah bawang merah, bawang putih, serai, jahe atau pamaddas, laos, kunyit, ketumbar, merica, kemiri, dan garam.

Selanjutnya , makanan asli Berau yang tak kalah populer bila momen kegiatan istimewa tiba adalah kue Puncak Rasul yang juga memiliki makna filosofis. Konon, sejak zaman kerajaan kue berbahan dasar ketan ini merupakan menu wajib berbagai acara syukuran dan keagamaan.

Jenis kuliner iru berbahan dasar nasi ketan yang dibentuk kerucut menjulang ke atas. Namun berbeda dengan nasi tumpeng, puncak rasul memiliki berbagai warna yangmasing masing memiliki filosofi tersendiri. Di atas puncak rasul, terdapat sebutir telur ayam kampung yang dimaknai sebagai jabatan manusia tertinggi yakni Nabi Muhammad SAW.

Kedua kuliner itu pun kembali disajikan saat HUT Kabupaten Berau ke-69 tahun dan Kota Tanjung Redeb ke-212 tahun. Bahkan, untuk melestarikan makanan asli kesultanan Berau itu, pihak Dinas Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata (Disbudpar) Berau menggelar lomba bagi masyarakat yang digelar di GOR Taruna, Jalan Pemuda, Tanjung Redeb, pada Jumat (16/9).

Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir mengatakan, keseluruhan peserta lomba semuanya mencapai 59 peserta yang dari setiap kampung, kecamatan, organisasi perangkat daerah, serta dari kalangan masyarakat.

“Agar Berau juga lebih dikenal menjadi daya tarik bagi para pengunjung, baik itu wisatawan atau pun bagi masyarakat yang datang dari luar,” tuturnya.

Adapun lomba tersebut turut dihadiri oleh Bupati Berau, Sri Juniarsih. Dirinya mengapresiasi segenap jajaran panitia penyelenggara, beserta seluruh peserta lomba.

Dalam sambutannya, ia pun mengaku, bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau sejatinya memiliki komitmen untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan usaha berbasis kearifan lokal. Dia pun meminta dinas terkait untuk berupaya mempromosikan dua kuliner itu.

“Kuliner ini perlu dilestarikan apalagi sudah populer sejak zaman kerajaan. Sehingganya, harus ada fasilitas pembinaan, pelatihan, serta kredit lunak kepada UMKM,” ucapnya.

Terakhir, kepala daerah wanita pertama di Berau itu berpesan, supaya kuliner Puncak Rasul dan Ancur Paddas tidak tergerus ditengah arus kekinian. Melalui kesempatan itu, ia mengajak masyarakat, terutama para pemuda untuk tetap menjaga dan melestarikan kedua makanan khas tersebut.

“Kalau perlu setiap acara adat hingga spot-spot wisata makanan ini selalu ada dan menjadi menu hidangan khas Bumi Batiwakkal,” pungkasnya. (*/CTN/ADV)

Read Previous

Berau Fashion Week (BFW) Ikut Meriahkan Hari Jadi Berau dan Tanjung Redeb

Read Next

Dua Tahun Ditiadakan, Pawai Budaya dan Pembangunan Sukses Digelar Kembali

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular