“LANJUTAN”
Tanjung Redeb, Lensaku.id – Menurut Eko, banyak faktor yang menjadi penyebab kemenangan tersebut. Salah satunya adalah kecerdikan keduanya dalam menganalisa, menentukan dan mengelola faktor pembeda diantaranya.
Keduanya faham bahwa tantangan yang dihadapi bukanlah gampang. Mereka benar-benar sadar bahwa hantu “money politic” adalah ancaman terbesar yang akan dihadapi di momen politik akhir tahun.
Faktor pembeda yang telah disatukan sebelumnya kemudian dijadikan senjata untuk melawan. Pasangan Ragam mampu tampil percaya diri laksana pasukan bambu runcing yang sedang melawan senapan dan meriam.
Mereka memainkan bambu runcing dengan penuh ketekunan, kecerdasan politik dan kesatuan langkah. Komunikasi yang terstuktur, masif dan sistematis dilakukan agar langkah politiknya berjalan dengan mulus.
“Inilah yang menjadi poin penting untuk meraih keunggulan suara saat pilkada berlangsung kemarin lalu,” ungkapnya.
Ia mengatakan, profil kandidat sebagai istri almarhum Muharam, menurutnya, merupakan kekuatan utama bagi elektabilitas Sri Juniarsih. Hal ini didukung oleh karakternya yang cenderung tampil alamiah, mampu berkomunikasi dengan berbagai kalangan serta memiliki kemampuan memahami sesuatu dengan cepat dan tanggap.
Pada masa awal kampanye, simpati publik mulai terbangun karena melihat sosok ibu rumah tangga (IRT) yang ditinggal oleh suaminya tercinta, dan harus menanggung tugas berat melanjutkan tugas politik.
Disinilah kapasitas kepemimpinannya teruji. Dalam waktu singkat, dirinya tampil bukan seperti seorang istri yang tengah berduka. Akan tetapi, juga layaknya calon Bupati yang menguasai problematika masyarakat dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
Saat debat kandidat, ibu dari lima orang anak ini mampu meyakinkan para undecided vooter bahwa dia layak dipilih untuk menjadi “ibu” bagi masyarakat Bumi Batiwakkal. Para pemilih yang belum menentukan pilihan politiknya semakin yakin dan optimis, apalagi hal ini dibarengi dengan beredarnya surat pribadi Sri Juniarsih yang dikirim ke seluruh rumah warga.
Surat yang isinya ditujukan kepada personal itu mampu memperkuat ikatan batin kepada pemilik hak pilih.
Kemudian, sosok Gamalis sebagai calon pendamping di kepemerintahan, memberi kontribusi yang sangat besar. Sebagai politisi senior yang pernah dua periode menjabat sebagai legislator di DPRD Provinsi Kaltim.
Sosoknya yang penuh dengan pengalaman serta memiliki hikmat dan kebijaksanaan. Gamalis sadar betul bahwa dalam pilkada, sosok calon Bupati harus lebih menonjol daripada seorang wakil. Dengan berjiwa besar, dirinya memberi panggung keleluasaan kepada Sri Juniarsih untuk tampil meyakinkan publik.
Di acara yang sama, Gamalis tidak tampil dominan meski sama-sama mumpuni terhadap materi yang diperdebatkan. Publik Berau memiliki kesempatan untuk menilai kapasitas calon Bupatinya dengan leluasa.
“Narasi politik yang ciamik, itu yang kami tekankan kepada paslon Ragam,” terangnya.
Pasangan Sri Juniasih-Gamalis dinilai unggul dalam menggiring opini publik untuk mengajak masyarakat memilih.
Narasi yang dikembangkan mampu menyentuh aspek emosional pemilik hak pilih. Misal, narasi anti politik uang yang disebut mampu terjelaskan dengan baik sehingga selaras dengan cita-cita masyarakat sipil (civil society).
Masyarakat sudah muak terhadap opera cukong yang menjerat calon bupati dengan dana untuk membeli suara rakyat agar mendapat konsesi proyek dan ijin pengelolaan sumber daya alam (SDA).
Komitmen Sri Juniarsih-Gamalis untuk menolak politik uang mendapat dukungan yang luar biasa. Hal tersebut menempatkan paslon nomor 02 sebagai pasangan protagonis yang berjuang menegakkan aturan melawan “musuh negara”.
Selanjutnya, menurut Eko, narasi lain yang cukup efektif mendongkrak elektabilitas Ragam adalah soal “Uang Rakyat Untuk Rakyat”. Spirit ini mampu menjelaskan bagaimana arah mata angin pasangan ini dalam mengelola anggaran publik.
Narasi itu diperkuat dengan 18 Program Unggulan yang mudah dicerna. Sehingga definisi slogan “Uang Rakyat Untuk Rakyat” memiliki penjelasan tentang implementasinya.
“Tidak hanya itu, Sri Juniarsih-Gamalis juga mampu melawan agresifitas pihak-pihak yang ingin melumpuhkan kerja tim pemenangan dengan tindak kekerasan. Berbagai ancaman dan tindakan fisik yang dialami oleh para relawan, dilawan dengan kampanye anti kekerasan yang cukup masif,” jelasnya.
Hal tersebut ternyata mengundang simpati masyarakat Berau yang lebih luas.
Eko melanjutkan, narasi terakhir yang dinilai cukup fenomenal adalah penggunaan ikon “Black Ping”. Meski mendapat cemohan dari kubu lawan, namun ikon ini mampu menelusup disanubari para pemilih milenial (anak muda).
Pada sisi lain, tim lawan sepertinya tidak memliki manajemen isu yang tertata dengan baik. Cenderung reaksioner dan dikomunikasikan secara sporadis.
Ia mengatakan, saluran komunikasi yang tertata lewat narasi yang dipersiapkan dengan apik, tak akan berarti apa-apa jika tidak terdistribusi dengan baik. Berkaitan dengan hal ini, pasangan Sri Juniarsih-Gamalis mampu mengembangkan tata kelola saluran komunikasi politiknya.
Argumentasi yang harus dikomunikasikan kepada publik diatur agar seirama, baik di tingkat pimpinan koalisi maupun di level relawan TPS. Jalur komunikasi dipersiapkan sedemikian rupa agar setiap pesan yang keluar efektif untuk meraih dukungan maupun untuk menangkal serangan lawan.
Menurutnya, medsos memiliki peran penting menaikkan aksesibilitas paslon Ragam. Hasil survey mencatat bahwa 33 persen pemilih Berau menentukan pilihannya berdasarkan informasi media sosial (medsos). Sri Juniasih-Gamalis mencermati betul hasil survey ini. Mereka yakin bahwa dengan hasil positif di ruang yang dimaksud, akan memberi sumbangan besar bagi kemenangan.
“Tim cyber army benar-benar dipersiapkan dan dikelola dengan matang. Grup facebook (FB) yang baru sengaja dibuat. Sedangkan grup yang sudah ada diduduki secara masif sebagi ruang pertarungan opini. Demikian juga dengan fasilitas WhatsApp, pemanfaatan fitur ini dilakukan secara optimal baik untuk konsolidasi internal maupun untuk komunikasi dengan publik pemilih. Hasilnya seperti yang disaksikan bersama. Sri Juniarsih-Gamalis mampu meraih elektabilitas yang tinggi,” lanjutnya.
Eko mengatakan, soliditas partai pengusung dan tim relawan tidak bisa diacuhkan, dukungan yang terus mengalir membuat paslon ini unggul.
Pada banyak tim pilkada, kegagalan pemenangan bersumber dari rapuhnya soliditas tim. Tim yang keropos membuka banyak celah untuk masuknya serangan. Pasukan tidak fokus bertempur di medan juang, karena sibuk mengatasi pertempuran internal.
“Pasangan Sri Juniarsih-Gamalis diberkahi dengan kesatuan dan persatuan tim yang kokoh. Baik unsur partai pendukung maupun unsur relawan (non-partai) dapat bersatu padu dalam satu komando atau tim gabungan,” pungkasnya.
Pasangan yang dinahkodai olehnya dirasa memiliki benteng pertahanan yang sulit digoyahkan oleh gempuran musuh. Sekaligus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk mengendalikan pertempuran.
Itulah pokok-pokok perkara yang menjadi kunci keberhasilan Sri Juniasih-Gamalis. Mereka yang berada dibalik kemenangan pasangan ini tidak sedikit jumlahnya. Mereka adalah sosok warga Berau yang tangguh dalam pertempuran politik. Merekalah Tim Ragam. Kemenangan yang mereka raih adalah kemenangan yang sangat dramatis.
Dalam satu putaran pilkada, mereka harus melelalui tiga kali pergantian pasangan calon (paslon). Bermula dari pasangan Muharam-Syarifatul yang gagal karena tidak mendapat restu partai. Dilanjut dengan pasangan Muharam-Gamalis yang harus berpisah karena takdir ilahi dan yang terakhir pasangan Sri Juniarsih-Gamalis yang tidak diperhitungkan namun berhasil membuat perhitungan di pilkada.
Sri Juniasih tampil sebagai satu-satunya calon Bupati perempuan yang unggul dalam pilkada 2020 di Kalimantan Timur.
“Selamat kepada warga Berau yang telah memiliki pemimpin baru. Seorang perempuan yang akan menjadi Ibu bagi seluruh masyarakat. Khasanah perjalanan Berau kini diperkaya dengan lahirnya sosok Bupati perempuan pertama. Bupati yang lahir dari perjuangan tim Ragam beserta masyarakat dalam menegakkan marwah peradaban Bumi Batiwakkal. Perjuangan tanpa politik uang,” tutupnya. (*/adv).