BULUNGAN, LENSAKU – Bupati Bulungan, Kaltara, Syarwani mengatakan, di Bulungan ada cukup banyak siswa sekolah yang membutuhkan intervensi khusus, karena mengalami kesulitan fungsional dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Demikian disampaikan Bupati saat menerima kunjungan dari Tim Inovasi (Inovasi untuk anak sekolah Indonesia) dan rombongan dari Kementerian terkait di Tanjung Selor, Jumat (09/05/2025).
Tim INOVASI datang bersama perwakilan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Agama (Kemenag), Tim Inovasi, serta perwakilan Keduataan Besar Australia dan Komisi Disabilitas Nasional saat penyerahan alat bantu bagi peserta didik penyandang disabilitas.
Bupati pun menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada pemerintah pusat, atas perhatiannya terhadap dunia pendidikan di Bumi Tenguyun–sebutan Bulungan.
“INOVASI ini merupakan mitra pembangunan yang produktif telah banyak membantu melakukan terobosan inovatif dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar di Bulungan,” kata bupati.
Ia mengungkapkan, berdasarkan analisa data Profil Belajar Siswa (PBS), dari 43.723 siswa di Bulungan, teridentifikasi 568 siswa di antaranya mengalami kesulitas fungsional.
Dengan rincian 126 anak kesulitan ringan, 64 anak kesulitan sedang, 65 anak kesulitan berat.
Terhadap ratusan anak tersebut, kata Syarwani, dibutuhkan intervensi khusus. Di manya 118 siswa memerlukan alat bantu belajar khusus seperti kacamata dan alat bantu dengar.
Menurutnya, tanpa intervensi yang serius, hanya sekitar 2,8 persen dari mereka yang berpeluang menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.
“Pendidikan inklusif ini bukanlah beban, melainkan investasi jangka panjang yang sangat penting. Ketika kita memberikan akses dan dukungan yang setara kepada semua anak, termasuk anak penyandang disabilitas, kita sedang membangun pondasi bagi masyarakat yang lebih adil, mandiri, produktif, dan berdaya saing,” jelasnya.
“Tapi sebaliknya jika kita gagal menyediakan layanan pendidikan yang inklusif hari ini, maka kita berisiko menciptakan generasi yang terpinggirkan, kehilangan potensi, dan memperbesar kesenjangan sosial di masa depan,” imbuhnya. (adv/rdk)