Lensaku.ID – Lumpur menyambut sepatu bot mereka. Di bawah terik matahari pesisir yang menyengat, puluhan relawan membungkuk, menanam bibit-bibit kecil mangrove di tanah basah. Ini adalah pemandangan yang kontras. Tangan-tangan yang lebih terbiasa memegang pena, mengetuk keyboard di ruang ber-AC, atau menganalisis grafik pergerakan saham, kini berlumuran tanah.
Pemandangan di salah satu kawasan restorasi mangrove ini adalah metafora sempurna untuk sebuah pergeseran fundamental. Ini adalah potret di mana dunia finansial yang abstrak bertemu dengan realitas ekologi yang sangat konkret.
Bagi banyak orang, sektor jasa keuangan adalah dunia angka, kontrak, dan margin keuntungan. Sebuah dunia yang tampaknya terpisah jauh dari isu-isu seperti jejak karbon, keanekaragaman hayati, atau suhu permukaan laut. Namun, di sinilah letak kekeliruan besar. Di era modern, tidak ada lagi kemewahan untuk memisahkan keduanya.
Inilah realitas baru yang dipahami betul oleh Astra Financial. Sebagai salah satu pilar bisnis di Indonesia, mereka menyadari bahwa stabilitas ekonomi—pondasi dari bisnis keuangan—sepenuhnya bergantung pada stabilitas ekologi. Iklim yang kacau adalah risiko bisnis terbesar.
Secara korporat, Astra Financial merupakan divisi jasa keuangan Astra yang menghadirkan layanan One Stop Financial Solution. Namun, di balik frasa yang berfokus pada layanan nasabah itu, kini terbentang sebuah misi ganda. “Solusi” itu tidak lagi hanya untuk kebutuhan finansial individu, tetapi juga untuk kebutuhan kolektif planet ini.
Bagaimana sebuah raksasa keuangan menerjemahkan “keberlanjutan lingkungan” menjadi aksi nyata?
Jawabannya terbagi menjadi dua jalur utama yang saling terkait: Aksi Langsung di lapangan dan Aksi Sistemik melalui portofolio bisnis mereka.
Inilah tuas paling kuat yang dimiliki lembaga keuangan: ke mana mereka mengarahkan modal. Astra Financial secara sadar menggunakan tuas ini untuk “memutar haluan” industri menuju praktik yang lebih hijau, terutama di sektor mobilitas, yang merupakan jantung ekosistem Astra.
Transisi ke kendaraan listrik (Electric Vehicle / EV) adalah contoh paling gamblang. Ini bukan lagi wacana, melainkan sebuah strategi bisnis yang dieksekusi secara terintegrasi.
Hendry Christian Wong, Presiden Direktur ACC, melihat ini sebagai sebuah tanggung jawab yang tak terhindarkan. “Kami di ACC tidak hanya melihat transisi ke electric vehicle sebagai tren, tapi sebagai keharusan,” ujarnya. “Peran kami adalah menghilangkan hambatan finansial. Kami secara proaktif merancang skema pembiayaan yang membuat adopsi kendaraan rendah emisi, baik hybrid maupun full EV, menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat. Ini adalah cara kami berkontribusi langsung pada pengurangan emisi di jalan-jalan Indonesia.”
Dukungan ini diperkuat oleh TAF, yang berfokus pada inovasi dan adaptasi. Agus Prayitno Wirjawan, Presiden Direktur TAF, menekankan pentingnya membangun ekosistem secara keseluruhan.
“Masa depan mobilitas adalah hijau, dan TAF ingin menjadi akseleratornya,” kata Agus. “Kami tidak hanya membiayai mobilnya. Kami berpikir secara ekosistem, menawarkan solusi pembiayaan yang adaptif untuk teknologi baru. Baik untuk penggunaan pribadi maupun operasional industri, kami berkomitmen penuh untuk mendukung infrastruktur dan adopsi kendaraan elektrifikasi sebagai investasi jangka panjang bagi lingkungan.”
Aksi Langsung, Menyentuh Bumi
Namun, strategi “dari atas” melalui pembiayaan tidaklah cukup. Astra Financial membuktikan komitmennya dengan “turun ke bumi”—secara harfiah. Di sinilah narasi para relawan penanam mangrove tadi menemukan konteksnya.
Aksi langsung ini diwujudkan melalui berbagai inisiatif di bawah payung program kontribusi sosial mereka. Mereka tidak hanya menanam pohon di satu lokasi, tetapi membangun program restorasi ekosistem di berbagai wilayah di Indonesia.
Melalui unit bisnisnya yang memiliki jaringan paling luas hingga ke pelosok, FIFGROUP, aksi ini menjadi inklusif dan menyentuh komunitas secara langsung.
Margono Tanuwijaya, Direktur Utama FIFGROUP, menegaskan bahwa keberlanjutan adalah tentang keseimbangan. “Bagi kami di FIFGROUP, bisnis harus tumbuh bersama lingkungan dan masyarakat,” jelas Margono. “Kami tidak hanya fokus pada green financing untuk produk-produk ramah lingkungan. Kami juga memiliki komitmen nyata di lapangan. Program penanaman pohon dan restorasi mangrove yang kami lakukan secara masif di berbagai titik di Indonesia adalah bukti bahwa kami ingin menanam masa depan, mengembalikan apa yang telah kami ambil dari alam, dan membangun resiliensi komunitas terhadap perubahan iklim.”
Program ini lebih dari sekadar menanam. Ini tentang menjaga, memberdayakan nelayan lokal untuk merawat mangrove yang menjadi “benteng” alami mereka dari abrasi, sekaligus menjadi “rumah” bagi biota laut yang menopang hidup mereka.
Inilah wajah baru dari “One Stop Financial Solution”. Solusi itu kini menjadi sebuah lingkaran penuh.
Laba yang dihasilkan dari bisnis inti (seperti pembiayaan) sebagian disalurkan kembali untuk “menyembuhkan” alam (restorasi mangrove). Di saat yang sama, bisnis inti itu sendiri ditransformasi (melalui pembiayaan EV oleh ACC dan TAF) untuk memastikan mereka tidak lagi melukai alam di masa depan.
Astra Financial sedang menunjukkan bahwa neraca keuangan dan neraca alam tidak bisa lagi dipisahkan. Melalui sinergi antara portofolio hijau dan aksi nyata di lapangan, mereka tidak sedang memilih antara profit atau planet. Mereka sedang berinvestasi pada keduanya, menjahit sebuah masa depan di mana keduanya bisa tumbuh bersama.


