Lensaku.ID – Sengkarutnya masalah sampah plastik di Indonesia sudah jadi sorotan media internasional. Belum lama ini, Arte (Association Relative à la Télévision Européenne) TV, sebuah jaringan TV Prancis-Jerman telah menyiarkan fim dokumenter khusus menyoroti peran Danone yang ikut memperburuk masalah sampah di Indonesia.
Investigasi Arte TV bahkan sampai ke internal Danone. Kesimpulannya, perusahaan multinasional asal Prancis tersebut dianggap menjadi bagian dari masalah persampahan akut di Indonesia, negeri tempat mereka menjadi penguasa pasar bisnis air minum dalam kemasan (AMDK).
Arte TV juga menyoroti produk gelas plastik yang sangat kontroversial dan paling banyak dikritik, karena dampaknya yang merusak lingkungan.
Gelas sekali pakai ini terbuat dari plastik Polypropylene atau “PP” yang plastik penutupnya sulit dikelupas dan tak bisa didaur ulang.
“Sampah plastik yang paling banyak kami temui di pusat penyortiran kami adalah kemasan gelas plastik sekali pakai, dan salah satu produk yang paling dikenal adalah merek Danone,” kata Kelly Bencheghib, salah satu pendiri organisasi lingkungan Sungai Watch di Bali, saat diwawancarai Arte TV.
“Merek ini sangat bermasalah, karena kami selalu menemukan sampahnya dalam jumlah besar, baik di sungai, hutan mangrove, maupun di pantai,” kata Kelly melanjutkan. Link: https://www.arte.tv/en/videos/113682-005-A/data-sources/
Sungai Watch rutin mengeluarkan laporan tahunan audit sampah di Bali dan Jawa Timur.
Temuan mereka konsisten menempatkan Danone di posisi teratas selama tiga tahun berurutan dari 10 produsen penyumbang sampah plastik terbesar.
Tak hanya mengungkapkan temuan Sungai Watch, Arte TV juga mengekspose organisasi lain yang menguak jejak sampah produksi Danone di Sungai Ciliwung, yang mengalir dari Bogor ke Jakarta.
Dari tabel hasil brand audit sampah plastik yang mereka pantau, tampak jelas bagaimana Danone Aqua menjadi produk paling dominan dalam daftar tersebut.
“Sebanyak 40% botol plastik yang ditemukan dalam sungai adalah merek ini (mengalahkan merek AMDK lainnya),” papar jurnalis televisi tersebut.
“Selain itu, organisasi Break Free from Plastic juga menempatkan Danone di peringkat teratas untuk Indonesia.”
Arte TV mengungkapkan laporan tahunan Danone pada tahun 2021, di mana perusahaan tersebut menyatakan bahwa mereka sedang mengembangkan kemasan yang lebih besar.
Namun kenyataannya, Danone tetap menjual AMDK dalam berbagai ukuran kemasan kecil, termasuk botol plastik 750 ml, 600 ml, 330 ml, dan 220 ml, yang sering kali menjadi bagian dari sampah plastik yang terlihat di mana-mana.
Arte TV juga menelusuri postingan media sosial Corine Trap, presiden direktur Danone-Aqua di Indonesia hingga tahun 2022.
Mereka menemukan postingan Corine Trap di Instagram pada 21 Februari 2021.
Di akunnya itu, Corine mengumumkan: “…Dan berita besar lainnya adalah kami akan menarik kembali produk kemasan gelas kami dari Bali tahun ini!”
Tetapi setelah beberapa tahun berlalu, produksi ukuran gelas masih berlanjut hingga kini.
Corine juga telah menghilangkan jejak digitalnya dengan menghapus postingan-postingan lamanya.
Bukannya berhenti, papar Arte TV, Danone malah kemudian meluncurkan kemasan kecil ukuran Cube dengan penutup pada 2022. Surat menyurat via email dengan manajemen Danone juga menunjukkan, Danone ingkar janji untuk menghentikan produksi kemasan gelas plastik.
“Jadi, alih-alih menghentikan kemasan gelas yang pernah dijanjikannya, Danone kini malah terang-terangan menjual dua jenis kemasan kecil di Indonesia,” papar Arte TV.
Saat ini, timbulan sampah terus membukit tiap tahun, dan pemerintah kehilangan wibawa karena tak digubris pengusaha.
“Diperlukan langkah tegas dengan law enforcement untuk men–trigger percepatan pengurangan sampah, serta mewujudkan keadilan (fairness) sehingga menjadi wujud penghargaan bagi pihak yang telah menjalankan pengelolaan dan pemilahan sampah secara optimal,” kata Amalia S Bendang, Ketua Harian Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC).
Perlunya pemerintah bertindak tegas ini disampaikannya saat lokakarya nasional pelaporan hasil riset bertema “Potret Sampah Enam Kota: Medan, Samarinda, Makassar, Denpasar, Surabaya, dan DKI Jakarta” hasil kerja sama (NZWMC) dan Litbang Kompas di Jakarta, akhir tahun lalu.
“Penerapan regulasi tentang sampah perlu diterapkan optimal. Hal ini termasuk pemberlakuan mekanisme sanksi dan penghargaan, serta diikuti pendidikan pengelolaan dan pengurangan sampah bagi publik,” kata Amalia.
Berdasarkan data, gelas plastik (berikut sedotan) dan botol air mineral telah ikut mendongkrak volume sampah plastik sebesar 11,6 juta ton, atau 17% dari total produksi sampah nasional di Indonesia pada 2021. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dari satu dekade sebelumnya.
Besarnya sampah plastik ukuran kecil terlihat dari produksi AMDK gelas plastik yang tercatat sebesar 10,4 miliar setiap tahun.
Pada segmen ini, market leader AMDK berkontribusi pada timbulan 5.300 ton sampah gelas plastik per tahun.
Selain itu, sampah industri AMDK juga berasal dari botol plastik yang produksinya mencapai 5,5 miliar botol per tahun.
Timbulan sampah botol plastik tercatat 83 ribu ton, atau hampir separuh timbulan sampah plastik industri AMDK.
Separuh dari timbulan sampah botol ini merupakan sampah market leader AMDK.
Berdasarkan Peta Jalan Pengurangan Sampah KLHK 2020-2029, sejumlah item plastik ukuran kecil sudah tidak boleh lagi diproduksi pada 2029.
Sebagaimana diketahui, KLHK melalui Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 menargetkan pengurangan sampah hingga sebesar 30 persen pada 2030.
Target pengurangan tersebut dilakukan dengan, antara lain mendorong produsen AMDK mengubah desain produk mini menjadi lebih besar (Size up) ke ukuran 1 liter, untuk mempermudah pengelolaan sampah.
Sebagai tambahan, produsen juga diwajibkan untuk mengimplementasikan mekanisme pertanggungjawaban terhadap produk dalam kemasan plastik yang dijual, saat nantinya produk tersebut menjadi sampah (Extended Producers Responsibility/EPR).