Lensaku.ID – Sejumlah perajin dan pedagang batik di Kalimantan Utara (Kaltara) mengaku omzet penjualan mereka bertambah cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Hal tersebut dipicu ajakan Gubernur Zainal A. Paliwang kepada masyarakat untuk menggunakan batik khas Kaltara dalam setiap kegiatan resmi.
Febri Aditya, pemilik gerai Batik Busak Uwe di Jalan Binjai, Tanjung Selor, menyebut penjualan batik, baik kain maupun yang sudah dalam bentuk baju, dalam sepekan ini naik sangat tinggi. Sejak Senin (22/2) hingga Rabu (24/2), ia mengaku omzet gerainya mampu menembus Rp11 juta.
”Alhamdulillah, akhir-akhir ini penjualan meningkat cukup lumayan. Dalam tiga hari sejak ada ajakan Pak Gubernur memakai batik, omzet gerai kami tembus Rp11 juta. Sebelumnya dalam sebulan kami hanya bisa mendapat omzet Rp3 juta,” ucap Febri.
”Kami sangat berterima kasih dengan ajakan Pak Gubernur kepada masyarakat agar selalu memakai batik khas Kaltara. Selain mengenalkan kekayaan budaya Kaltara, ajakan Pak Gubernur ini juga menggeliatkan roda perekonomian, terutama bagi kami UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah, red) yang bergerak di bidang batik. Kami merasa sangat dihargai,” sambung pria murah senyum ini.
Gerai Batik Busak Uwe menjual berbagai motif batik khas Kaltara, baik batik cap maupun batik tulis. Harga batik di Gerai Busak Uwe bervariasi dari Rp250 ribu hingga Rp1 juta. Febri menyebut mendapat suplai batik-batik tersebut dari beberapa perajin batik di Kaltara.
Keterangan senada juga diungkap Desi, pemilik toko batik online, di Tanjung Selor. Perempuan yang juga sering mengikuti pameran-pameran kerajinan ini mengatakan penjualan batiknya meningkat sangat signifikan.
Jika sebelumnya omzet penjualan di kisaran Rp600 ribu hingga Rp1 juta per bulan, sejak ada ajakan Gubernur dalam tiga hari ini omzet toko batik online Desi sudah menembus Rp2 juta.
”Selain perajin, kami para reseller juga merasakan dampak ajakan Pak Gubernur untuk memakai batik khas Kaltara. Semoga ke depannya semakin banyak masyarakat Kaltara yang membeli dan memakai batik,” katanya.
”Kami juga berharap pemerintah membantu perajin dan pedagang batik terkait penyerapan hasil produksi batik karena rata-rata masyarakat enggan membeli batik dengan alasan harganya dinilai mahal,” imbuh Desi. (ahy)