BERAU, LENSAKU – Kegiatan Berau Fashion Week (BFW) kembali digelar. Kali ini, fenomena sosial yang mengadopsi konsep Citayam Fashion Week yang viral di media sosial itu turut dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah di Bumi Batiwakkal.
Termasuk Bupati Berau, Sri Juniarsih, yang turut membuka dan menyaksikan pelaksanaan acara tersebut di Taman Cendana, Tanjung Redeb, Sabtu (6/8). Tak hanya itu saja, kegiatan yang disebut sebagai peluang untuk melestarikan busana khas Bumi Batiwakkal itu dihadiri oleh Wakil Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, dan Wakil Ketua I DPRD Berau, Syarifatul Syadiah.
Pada kesempatan itu, Bupati Berau menyampaikan, bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau sejatinya mendukung penuh kegiatan Berau Fashion Week (BFW) yang sempat menuai kontra oleh sejumlah masyarakat. Asalkan budaya yang mengekspresikan gaya fashion kalangan anak muda itu tidak boleh terlepas dari budaya asli Kabupaten Berau.
“Diarenakan kita adalah orang Berau dan kita punya adat ketimuran serta adat istiadat khas daerah dimana tentu saja hal itu tidak boleh terlepas dari kehidupan sehari-hari. Walaupun kami memberikan dukungan kepada Berau Fashion Week (BFW) hari ini, kami tetap mengimbau serta mengingatkan untuk tetap patuh pada koridor tersebut,” imbaunya.
Dirinya mengimbau setiap peserta harus tetap memakai busana khas Kabupaten Berau, yang identik dengan budaya Bajau, Berau, dan Dayak. Kemudian, dipadukan dengan kultur yang ada di setiap masyarakat yang condong pada konsep ketimuran. Sehingga, nyaman dilihat, nyaman dipakai, dan lebih beretika.
Sri Juniarsih juga memaparkan, bahwa kegiatan seperti itu perlu medapatkan dukungan sepenuhnya apalagi setelah pasca pandemi Covid-19. Dimana ia menargetkan kegiatan tersebut bisa membangkitkan kembali aktivitas UMKM. Bukan hanya melalui festival, tetapi dalam hal kuliner, budaya, dan kerajinan yang bisa dikembangkan sedemikian rupa agar bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Berau.
“Sekali lagi saya ingatkan jangan lepas dari budaya ketimuran kita dan terpengaruh budaya dari luar. Saya mohon jangan karena menarik hati lawan jenis sehingga bertindak senonoh dengan memanfaatkan situasi pada penyelanggaraan kegiatan ini,” ucapnya.
Terakhir, bupati wanita pertama di Kabupaten Berau itu, secara jelas berpesan, bahwa kegiatan yang digelar secara terbuka untuk umum itu tidak boleh diikuti oleh kaum LGBT. Ia menekankan semua yang ikut harus lah perempuan dan laki-laki tulen.
“Kami berharap ketua panitia untuk bisa menyeleksi peserta supaya tidak keluar dari jalur-jalur yang kita sepakati bersama. Sepanjang hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada,” tegasnya. (*/CTN)