• Jumat, 22 November 2024

Kampung Tembudan Terima Fasilitas Sebesar Rp 600 Juta dari Kemenparekraf RI

BERAU, LENSAKU – Destinasi wisata di Kampung Tembudan, Kecamatan Batu Putih tidak hanya mendapat atensi bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau. Kekayaan alam yang dimiliki oleh kampung pesisir itu ternyata juga mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat sebagai wilayah pengembangan ekowisata dan ramah lingkungan.

Salah satu objek wisata yang mendapat predikat tersebut adalah wilayah mangrove yang menjadi daya tarik tersendiri. Sektor itu pun didapuk menjadi pilot project pada program Towards Climate Positive Tourism through Decarbonization and Ecotourism oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dari total 5 destinasi wisata di tahun 2022.

Program tersebut merupakan upaya dari Kemenparekraf untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata nasional melalui pengembangan produk wisata berbasis masyarakat. Selain di Tembudan, sebanyak 4 destinasi lainnya ada di CMC Wisata Tiga Warna Malang, Jawa Timur; Taman Wisata Mangrove Klawalu, Sorong; Bukit Peramun, Belitung; dan Taman Nasional Bali Barat.

Dari program tersebut, Kampung Tembudan mendapatkan fasilitas sebesar Rp 600 juta yang direalisasikan dengan pemberian sarana dan prasarana berupa :

1. Kapal Kayu Wisata, yang akan digunakan untuk patroli dan membawa wisatawan untuk berwisata susur mangrove,

2. Gazebo Apung, sebagai sarana untuk persinggahan, dan sebagai upaya untuk mengurangi illegal fishing,

3. Peralatan persemaian mangrove,

4. Peralatan pendukung aktivitas susur gua seperti senter kepala, dan helm outdoor, dan sepatu takul,

5. Peralatan pendukung aktivitas Island hopping seperti audio guide dan tenda,

6. Peralatan pendukung pembuatan konten promosi: laptop desain grafis dan drone,

7. Pelatihan dan Workshop Pengembangan Produk dan Promosi Ekowisata bertajuk “Pemasaran pariwisata berkelanjutan” dalam rangka mendukung peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas bagi pengelola Mangrove Tembudan Berseri (MTB) dan masyarakat yang telah diselenggarakan pada tanggal 17-18 Desember 2022,

8. Official souvenir / merchandise Destinasi Pilot Project Low Carbon, sekaligus mengkampanyekan gerakan “Kita Mulai Sekarang” sebagai ajakan untuk mendukung program carbon offsetting yang terdapat pada jejak.travel,

9. Sebanyak 5 jenis papan interpretasi yang terdiri dari: kode etik wisatawan, peran ekosistem mangrove, kampanye carbon offsetting, perakaran mangrove, dan informasi mengenai penghuni hutan mangrove untuk memberikan edukasi kepada wisatawan.

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif Kemenparekraf RI, Alexander Reyaan mengatakan, sasaran dan kebermanfaatan program itu berupa pemberian fasilitas pengembangan produk ekowisata di tingkat kampung. Dirinya juga mengungkapkan alasan terpilihnya Kampung Tembudan sebagai salah satu titik penyaluran program tersebut didasari dengan beberapa keunggulan, diantaranya sebagai desa wisata yang sudah terdaftar di Jaringan Desa Wisata dengan kategori berkembang.

Selain itu, area wilayah mangrove di kampung Tembudan adalah salah satu yang terluas di
kecamatan batu putih, bahkan di seluruh Kabupaten Berau, dengan luas area sekitar 3.000
hektare. Wilayah itu juga dimanfaatkan untuk aktivitas penanaman / persemaian tanaman mangrove sebagai turunan dari program carbon offsetting, susur mangrove dengan daya tarik habitat bekantan, dan kondisi yang masih asri dan terjaga.

Tak hanya mangrove saja, Alex menyebut, wilayah Kampung Tembudan juga memiliki daya tarik wisata yang sedang dikembangkan, diantaranya: telaga biru, island hopping ke pasir timbul / gusung, Pulau Manimbora, aktivitas susur goa, wisata religi dengan aktivitas ziarah makam raja alam, dan kerajinan khas Tembudan yaitu Batik Alam dengan bahan dasar pewarna dari buah mangrove.

Alex berharap fasilitas pengembangan produk ekowisata ke depannya akan diadakan monitoring dan evaluasi kebermanfaatnya secara berkala selama 2 tahun.

“Kami berharap, fasilitasi yang telah diberikan ini dapat dimaksimalkan dalam mengembangkan Mangrove Tembudan Berseri dan menyukseskan program ini serta menjadi contoh bagi destinasi lain untuk mengembangkan produknya,” ungkapnya, saat menyerahkan bantuan fasilitas di Kampung Tembudan pada Selasa (20/12).

Di sisi lain, Asisten I Setkab Berau, Hendratno mengapresiasi program yang dicanangkan oleh Kemenparekraf. Ia juga mengatakan pengelolaan kawasan hutan mangrove di Kampung Tembudan hendaknya menjadi contoh bagi pengelola mangrove di kampung lain. Apalagi, peran mangrove bukan hanya sebagai daya tarik wisata melainkan juga berperan untuk mencegah abrasi pantai dan mengurangi emisi karbon yang cukup besar, yakni di atas 60 persen.

“Jadi, mangrove bukan hanya sebagai destinasi wisata saja, tapi juga sebagai kawasan hutan yang ramah lingkungan. Bahkan, lebih baik dari pada fungsi jenis hutan lainnya,” katanya.

Begitu pula ungkapan dari Kepala Kampung Tembudan, Noor Iman yang mengatakan bahwa pengembangan kawasan hutan mangrove di kampungnya, sebenarnya sudah lama dilakukan. Namun, dengan kontribusi dari Kemenparekraf dia mengaku sangat bangga dan bersyukur.

“Ke depannya, kami akan terus melakukan pengelolaan dengan melibatkan kelompok masyarakat Mangrove Tembudan Berseri secara intens untuk mewujudkan program pengembangan mangrove dalam menekan emisi karbon,” pungkasnya. (*/Ctn/Hms)

Read Previous

Evaluasi 10 Tahun PLTA Kayan Kalimantan Utara

Read Next

Langkah Strategis SMSI, Turut Merancang Peraturan Terkait Pers

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

error: Konten dikunci!