• Sabtu, 27 Juli 2024

Refleksi Semangat Pemuda Di Tengah Momentum Kemerdekaan dan Tahun Baru Hijriah

Oleh: M. RIZKY RADHIYYA S.M Wakil Ketua Generasi Muda Nahdatul Ulama Kalimantan Utara (GMNU)

Bulan Agustus tahun 2020 menjadi momentum yang spesial bagi rakyat Indonesia dan ummat
Islam, pasalnya pada bulan ini terdapat dua momentum besar yakni peringatan hari
kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 dan peringatan tahun baru Islam 1442 Hijriah.

Kedua persitiwa ini merupakan peristiwa yang sangat bersejarah dan sangat kaya akan hikmah.
Sudah semestinya seluruh rakyat Indonesia merefleksikan kedua persitiwa besar ini dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Sehingga benar kiranya apa yang dikatakan Bung Karno
pada peringatan HUT RI 54 tahun silam dalam pidato terkenalnya “’Jasmerah’ Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah”. Terutama bagi para kaum muda yang merupakan generasi penerus
perjuangan bangsa dan agama.

Secara historis, peristiwa kemerdekaan bangsa Indonesia dan hijrahnya Nabi Muhammad SAW
tidak bisa dilepaskan dari peran para pemuda. Dengan jiwa muda yang menggelora dan
semangat yang membara, sejatinya para pemuda memang sejak dahulu dikenal memiliki
Idealisme sebagai agen perubahan.

Sejarah mencatat bahwa faktor utama terjadinya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945
adalah berkat gagasan dari para pemuda. Kala itu para golongan muda seperti Soekarni,
Wikana, Aidit, Chairul Shaleh dan sebagainya berpandangan bahwa kemerdekaan yang diraih
harus bersifat independen dan diwujudkan secepat mungkin. Sedangkan para golongan tua
berpendapat bahwa proklamasi harus melalui PPKI yang merupakan badan bentukan Jepang.

Melihat hal tersebut, pada tangal 16 Agustus 1945 para golongan muda berinistaif menculik
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok agar terhindar dari pengaruh Jepang dan mendesak
kedua tokoh tersebut agar segera memproklamirkan kemerdekaan. Alhasil, setelah berdiskusi
dan berkompromi, kedua pihak pun sepakat untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarni, Jalan Pegangsaan Timur.

Begitu pun dalam kisah hijrahnya Nabi Muhammad saw menuju kota Madinah, ada peran
penting yang dimainkan oleh sosok pemuda. Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih berusia
belasan tahun merelakan diri untuk menggantikan posisi Nabi di tempat tidur yang mana ketika
itu para kaum kafir Quraisy telah mengepung rumah Nabi dan bersiap untuk menangkapnya
hidup atau mati.

Tentu menarik melihat sikap yang ditunjukkan oleh Ali bin Abi Thalib pada
peristiwa tersebut, karena hal itu merupakan bentuk perwujudan keimanan dan keihlasan diri
seorang pemuda demi menjaga keberlangsungan syiar Islam.

Di era modern seperti saat ini, tantangan yang dihadapi oleh para kaum muda tentu berbeda
dengan apa yang dihadapi oleh pemuda terdahulu. Tantangan hari ini bisa dikatakan jauh lebih
berat dan lebih kompleks, karena musuh yang dihadapi tidak nampak di depan mata, mereka
bergerak secara massif dan begitu dinamis. Penjajahan tidak lagi dilakukan dengan
menggunakan senjata, melainkan melalui pemikiran dan budaya. Jika tidak disikapi secara bijak,
maka hal ini akan sangat berbahaya bagi para generasi muda bangsa.

Sebagai contoh, perkembangan teknologi dan informasi di satu sisi memberikan dampak positif
bagi masyarakat dalam mendapatkan kemudahan mengakses informasi secara luas. Akan tetapi
disisi lain keterbukaan dan keleluasaan akses informasi juga dapat memeberikan dampak
negatif, seperti mudahnya terjadi penyebaran hoax, penyebaran konten pornografi,
penyebaran doktrin ajaran garis keras, dan penyebaran budaya luar yang bertentangan dengan
nilai-nilai keindonesiaan.

Pada dasarya perubahan yang terjadi merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat
dibendung. Meskipun demikian, arus perubahan tersebut dapat diantisipasi dan disikapi secara
bijak dengan cara melakukan filterisasi dengan baik. Sebagai generasi muda bangsa Indonesia,
filterisasi yang baik mesti dilakukan melalui pemahaman dan pengetahuan mendalam dalam
bersikap yang didasarkan pada ukuran nilai-nilai ajaran agama dan pancasila.

Oleh karena itu, pemuda harus menjadi pondasi yang kuat bagi bangsa dan negara dalam
memeprtahankan kemerdekaan dari arus penjajahan di era modern. Semangat mengisi
kemerdekaan para pemuda harus berjalan lurus dengan semangat berhijrah. Hijrah dalam
artian meninggalkan segala sesuatu yang bathil (salah) menuju sesuatu yang haq (benar).


Karena sejatinya bagi bangsa Indonesia nilai keagamaan dan nilai kebangsaan merupakan
identitas bangsa yang kemudian terwujud dalam Pancasila. Sehinnga ke depan diharapkan
tercapailah cita-cita founding fathers bangsa kita yang ingin melihat pemuda-pemudi bangsa
yang bangun jiwa-spiritualitas dan nasionalisme-nya dan yang bangun badan-sikap dan etos
kerja-nya untuk terwujudnya Indonesia yang Raya.

Read Previous

Data Pemilih Mulai Disusun KPU Berau

Read Next

Bawaslu Berau Jadikan Kampung Bukit Makmur Sebagai Kampung Anti Money Politic

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular