• Selasa, 8 Oktober 2024

Musik Keroncong Harus Tetap Dilantunkan di Berau

BERAU, LENSAKU – Siapa sangka, musik keroncong yang dianggap tidak semua orang mau menikmati, ternyata punya penggemar tersendiri di Bumi Batiwakkal. Alunan musik yang melantunkan irama nada ukulele itu dinilai mampu menyatukan segala usia dan cocok untuk didengar saat santai.

Hal itu diungkapkan oleh seorang pemain keroncong yang sudah lama berdomisili di Kabupaten Berau. Namanya Chairil Anwar atau kerap disapa Puang. Bisa dibilang, pria paruh baya itu menjadi saksi bisu masuknya panggung keroncong ke tanah Berau.

Ia pun menceritakan, aliran musik yang eksis di Pulau Jawa itu, ternyata sudah ada di Berau sejak tahun 60-an. Pertama kali dilantunkan di Teluk Bayur. “Ya, asalnya dari keluarga kami yang dulu mendirikan group keroncong,” ungkapnya.

Nama group itu dulunya “Musik Abadi”. Kombinasi musik keroncong sekitar tahun 1965 – 1966. Saat itu, orang-orang dari Pulau Jawa yang merantau ke Kalimantan Timur membawa suara seni itu masuk ke Bumi Batiwakkal (julukan Kabupaten Berau).

“Saya tau keroncong itu sekira tahun segitu. Saya melihat Ayah bermain di Teluk Bayur, kemudian menyebar ke setiap wilayah karena banyak yang suka,” katanya.

Sampai saat ini, aliran musik itu masih bisa terdengar. Puang menyebut, dirinya lah yang menjadi salah satu generasi penerus di Kabupaten Berau. Bersama rekan-rekannya, mereka terus berupaya melestarikan kesenian itu. Bisa dibilang, Puang adalah penggagasnya untuk membawa aliran musik itu tetap dilantunkan.

Sekilas dari penuturannya itu tampak meyakinkan, bahwa dirinya memang generasi penerus dari kesenian ini. Pasalnya, Puang sendiri sampai sekarang masih aktif manggung di acara-acara formal maupun non formal. Meskipun usianya tak lagi muda.

Tak disangka, kesenian musik ini pernah eksis pada masanya, berkat dukungan penuh dari pemerintah daerah. Dirinya mengaku, para pemain keroncong sempat mendapat perhatian dari mantan Bupati Berau, Makmur. Mulai dari peralatan musiknya hingga sarana dan prasarana.

Bahkan, sempat ada wadah musik tersendiri di Berau. Dimana merupakan bagian dari HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia). Mereka juga sempat tampil di luar daerah hingga ke pusat ibukota di Jakarta. Bahkan, tokoh musik kesenian keroncong Indonesia, yakni Sundari Soekotjo, pernah datang ke Bumi Batiwakkal untuk menghadiri sebuah festival.

Waktu pun berjalan, Puang melanjutkan kisahnya, ketika beberapa periode berganti kepala daerah. Diungkapkannya, kepedulian itu berangsur menurun. Bahkan, dia mengatakan, kesenian keroncong hingga saat ini kurang mendapat perhatian.

“Jadi, kami seolah-olah mati suri, kalau dulu saat puncak kejayaannya, hampir setiap tahun itu ada lomba menyanyi dimana kami yang mengiringi dengan diwadahi Dinas Pariwisata,” jelasnya.

Di mata Puang, kesenian keroncong merupakan aliran musik yang mampu menyatukan segala usia. Di sisi lain, lagu-lagu yang dibawa oleh sang pemain juga sangat lah mendalam. Dengan irama santai alat musik ini merupakan bagian dari sejumlah aliran musik yang mampu membangkitkan nostalgia hingga kisah sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Musik keroncong disebut erat dengan garis sejarah era 40-an.

“Dulu sebelum berperang, orang-orang selalu membuat musik keroncong untuk dinyanyikan sebagai pemacu semangat dalam berjuang. Termasuk saat meraih kemerdekaan. Kami melihat ini perlu dilestarikan karena itu merupakan bagian dari perjuangan bangsa Indonesia,” ucapnya.

Kebanyakan orang menilai bahwa kesenian musik keroncong adalah kuno. Sehingga, tidak semua hobi mendengarnya. Seperti di Berau, Puang melihat anak-anak muda kurang peduli pada musik keroncong. Dimana mereka cenderung menyukai musik-musik modern, seperti pop, rock, dan jazz.

Bahkan, popularitas keroncong dibandingkan dangdut masih lebih sedikit peminatnya. Tantangan itulah yang dialami oleh Puang dan rekan-rekannya. Oleh karenanya, untuk merangkul anak muda, para pemain keroncong itu harus mengaransemen sesuai lagu-lagu hits terkini.

“Harapan kami kesenian keroncong ini tidak hilang dan harus ada regenerasi. Mengingat usia kami tidak lagi muda. Selain itu, perlu adanya kepedulian dari pemerintah daerah. Jangan sampai kami dibiarkan,” harapnya.

Perjuangan Puang untuk melestarikan kesenian keroncong mendapat apresiasi dari sejumlah tokoh masyarakat Berau. Termasuk Tokoh Ika Pakarti Berau, Pakde Toni.

Pada saat hari ulang tahunnya ke- 63 tahun, Pakde Toni memanggil Puang Cs untuk tampil membawakan musik keroncong di acara istimewanya. Pelaksanaan pun dilakukan di rumah pribadinya, Jalan Albina, Tanjung Redeb, pada Senin (8/8) malam. Dengan mengundang sejumlah tokoh dan pejabat daerah, Pakde mempunyai harapan, kesenian musik keroncong hingga seluruh seni budaya bangsa Indonesia lainnya, bisa tampil dan tetap lestari.

“Mudah-mudahan dengan acara malam ini, pemerintah daerah hadir untuk menghidupkan seni keroncong, dan seluruh seni yang ada di Berau. Hal-hal seperti ini harus kita kawal,” tuturnya.

Pakde Toni sendiri menyukai aliran musik keroncong. Menurutnya, kesenian musik itu sangat cocok untuk membawa suasana relaks dan mampu memberikan ketenangan pada siapa saja yang mendengarnya. Dirinya juga menyebut, dalam musik keroncong setiap orang bisa berinteraksi dengan nyaman melalui seni.

“Karena seni merupakan media silaturahmi yang paling efektif untuk mencairkan suasana. Artinya tidak ada batasan perbedaan seperti sekat suku, agama, dan ras,” tambahnya.

Terbukti seluruh tamu undangan sangat menikmati alunan musik ini. Mulai dari tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, hingga pejabat daerah ikut menikmati irama nada ukulele itu. Di satu momen, Wakil Bupati Berau, Gamalis, sempat menyumbangkan lagu dengan diiringi musik keroncong.

Pada kesempatan itu, Gamalis pun memberikan apresiasi kepada setiap pemain keroncong yang merupakan anak asuhan Puang itu. Gamalis berkata, dengan adanya momen tersebut, kesenian keroncong bisa dibangkitkan kembali. Tujuannya, supaya masyarakat Berau, tidak hanya pada acara undangan saja untuk dapat menikmati alunan musik itu. Melainkan pada setiap festival dan acara formal lainnya.

“Saya sangat puas dengan adanya lagu keroncong malam ini, mudah-mudahan lagu keroncong ke depan bisa menjadi lagu rakyat yang kembali tumbuh untuk saat ini,” ungkapnya.

Wabup bahkan memastikan, bakal ada panggung hingga pembinaan untuk pencinta musik keroncong dan penggiat aliran musik itu. Pasalnya, menurut Wabup, keroncong merupakan seni budaya lama yang harus dibangkitkan, dibina, dan diapresiasi.

“Seluruh potensi seni dan budaya di Berau, tidak terkecuali keroncong harus dilestarikan. Insya Allah bisa,” pungkasnya. (*/CTN)

Read Previous

Wujudkan Mitigasi Risiko Di Tubuh Perumda Air Minum Batiwakkal

Read Next

Perahu Ketinting Ditemukan Terbalik Di Sungai Kelay, Satu Orang Meninggal

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular