Lensaku.ID – Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis Perancis yang menguasai sejumlah sektor bisnis strategis di Indonesia, pada sebuah group bisnis makanan dan minuman terkemuka di Israel.
“Kalau Danone Indonesia, yang merupakan unit usaha Danone Perancis, seperti yang diklaim pejabat senior perusahaan belakangan ini sungguh-sungguh berkomitmen pada nilai-nilai kemanusian, pada derita, nestapa dan genosida yang saat ini terjadi dan masih berlangsung di Gaza, tunjukkan dong mereka berani menyuarakan divestasi saham Danone di Strauss Health Ltd.,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI), Ahmad Himawan, dalam sebuah pernyataan, Jumat (5/4).
Strauss Health Ltd. merupakan group bisnis makanan dan minuman berbasis susu dan salad terkemuka di Israel. Strauss Group Ltd. tercatat menguasai 80% saham perusahaan dan sisanya 20% dimiliki oleh Danone.
Laporan Tahunan Strauss Group Ltd. pada 2018 menyebut Danone mengakuisisi 20% saham Strauss Health sejak 1996. Data itu sejalan dengan informasi pada laman keterbukaan informasi Danone yang menyebut per 31 Desember 2023 perusahaan memiliki 20% saham di Strauss Health Ltd.
Menurut Ahmad, konsumen Muslim Indonesia menanti kejujuran Danone Indonesia terkait nature hubungan induknya di Perancis dengan entitas bisnis di Israel.
“Tanpa adanya keterbukaan dari perusahaan, kami meyakini konsumen bakal tetap memboikot segala produk Danone di Indonesia, termasuk pada sektor air kemasan bermerek, susu bayi dan minuman berenergi,” katanya menegaskan.
Klaim Sepihak
Desakan YKMI tersebut muncul berselang hari setelah pejabat Danone Indonesia, menyitir sebuah laporan Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) atau OHCHR, mengklaim Danone tak memiliki keterkaitan bisnis apapun dengan pihak Israel.
“Data itu sekaligus membantah disinformasi yang beredar yang menyatakan bahwa Danone masuk dalam perusahaan yang mendukung pendudukan Israel atas Palestina,” katanya Direktur Komunikasi Perusahaan Danone Danone Indonesia, Arif Mujahidin, menyebut laporan Komisi HAM PBB sebagai “sumber yang valid dan kredibel” untuk dirujuk mengenai siapa yang sebenarnya memberikan dukungan atas pendudukan Israel.
Namun, menurut Ahmad, Danone Indonesia salah kaprah jika mengira ‘jejak berdarah’ keterkaitan bisnis antara Danone dengan entitas bisnis di Israel bisa seketika ‘terhapus’ semata mengandalkan laporan investigasi OHCHR.
“Laporan investigasi OHCHR per Juni 2023 tersebut sebenarnya pembaruan (update) atas daftar 112 perusahaan yang sebelumnya telah diketahui memiliki bisnis di balik mega-proyek pemukiman ilegal di sejumlah lokasi strategis di Palestina,” kata Ahmad.
“Benar bahwa dalam laporan tersebut tak ada nama Danone sama sekali. Tapi permasalahan Danone kan bukan pada soal bisnis pemukiman ilegal, tapi pada kepemilikan saham perusahaan pada Strauss Health Ltd. Ini yang kami minta agar ada divestasi; Danone menarik diri dari Israel sebagai bentuk komitmen perusahaan pada bisnis yang bersih dari penindasan dan penjajahan.”
Di Indonesia, Danone tercatat sebagai pemegang saham terbesar sekaligus pengendali di sejumlah bisnis basah dan strategis, dengan total penjualan mencapai Rp 27 triliun pada 2022.
Di sektor air minum kemasan, Danone merupakan pemegang saham dan pengendali brand AQUA, VIT dan Mizone via kepemikan atas PT Aqua Golden Mississippi (74% saham), PT Tirta Investama (74%) dan PT Tirta Sibayakindo (55,5%).
Pada bisnis susu bayi dan minuman bernutrisi, Danone merupakan pengendali atas semua produk susu dengan brand Nutricia dan SGM via PT Nutricia Indonesia Sejahtera (100%), PT Sarihusada Generasi Mahardhika (99,97%) dan PT Sugizindo (99,97%).
Seruan Boikot
Sebelumnya, YLKM menyebut aksi boikot produk terafiliasi Israel telah berhasil memicu peralihan masif pilihan konsumen atas produk-produk nasional. “YKMI melihat bahwa seiring boikot, produk- produk nasional mengalami peningkatan penjualan yang signifikan serta membuka lapangan pekerjaan baru,” kata Ahmad Himawan, dalam diskusi publik “Ramadhan Tanpa Produk Genosida” di Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Ahmad menyatakan gerakan boikot bisa menghadirkan dampak memukul yang besar bagi perekonomian Israel. “Kami yakin aksi boikot ini mampu melemahkan ekonomi Israel dan, dalam jangka panjang, membuat Israel tak punya kekuatan untuk menyerang dan membunuh Bangsa Palestina,” katanya.
Menurut Ahmad, konsumen dalam negeri yang ingin ikut ambil bagian dari gerakan global boikot produk Israel tak perlu lagi bingung. Dia bilang masyarakat kini bisa mengecek dan menggali sendiri informasi di Internet ihwal keterkaitan perusahaan global yang memiliki afiliasi dengan Israel.
Ahmad menyebut bahwa berdasarkan analisa dan kajian internal, YKMI merekomendasikan boikot massal atas sepuluh brand besutan perusahaan multinasional asing, termasuk Starbucks, Danone, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonalds, Mondelez, Burger King, dan Kurma Israel.
“Kami menyarankan konsumen Muslim menghindari semua produk tersebut sejak Ramadhan 1445, “ katanya.
Menurut Ahmad, ada sejumlah kriteria yang menjadikan kesepuluh brand tersebut disebut sebagai produk terafiliasi Israel atau produk genosida. Salah satunya adalah sebagian atau sahamnya perusahaan dimiliki oleh perusahaan Israel serta perusahaan secara terbuka atau tersirat memberikan dukungan kepada Israel dan kejahatan Israel di Palestina.
“Kami percaya aksi boikot ini lebih besar manfaatnya bagi kemanusiaan dibandingkan dengan efek negatifnya yang coba dibesar-besarkan untuk menggagalkan gerakan ini. Misalnya saja soal tuduhan bakal munculnya pengangguran karena aksi boikot ini,” kata Ahmad menyebut masih ada beberapa produk genosida lainnya yang sering dikonsumsi masyarakat seperti KFC, Pizza Hut, P&G dan lainnya.***