BERAU, LENSAKU – Anjloknya harga sawit membuat para petani komoditi perkebunan kelapa sawit mengeluh. Hal itu pula yang dirasakan Asosiasi Sawit Rakyat Mandiri (ASRM).
Sebelumnya, harga sawit sempat menyentuh hingga Rp 3.500 perkilogram. Namun kini turun menjadi 1.800 perkilogram.
Menurut Ketua Umum ASRM Berau, Mupit Datusahlan, pihaknya memahami persoalan anjloknya harga sawit di pasaran. Salah satu penyebabnya karena daya tampung CPO yang sudah penuh, sehingga berdampak pada harga sawit di masyarakat.
“Kita tidak bisa juga hanya melihat sekadar tangki CPO penuh, sementara produksi sawit itu atau tandan buah segar (TBS) tak bisa disetop,” tuturnya, Jumat (15/7).
Begitu pula perekonomian para petani sawit, di mana TBS yang dihasilkan harus terjual supaya perekonomian masyarakat tetap berjalan.
Sementara itu, buah sawit yang sudah masak harus segera dipanen agar tak menimbulkan kerusakan pada sisi batang pohon sawit. Jika rusak, maka produksi dari pohon sawit tersebut akan berkurang.
“Saya kurang tau solusi apa yang dilakukan pemerintah. Tapi saya yakin pemerintah pasti punya opsi-opsi yang sangat banyak dilakukan untuk mengatasi persoalan ini,” tuturnya.
Apalagi komoditi sawit merupakan salah satu komoditi besar dan turut mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia. Karena banyaknya produk turunan yang dihasilkan.
Untuk di Berau, Mupit juga menyampaikan terdapat 14 kampung dan sekitar 1.300 petani sawit mandiri yang berada di bawah naungan ASRM Berau. (*/CTN)