MALINAU, LENSAKU.ID – Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau terus berupaya membuka akses transportasi udara desa-desa terisolir di pedalaman. Sabtu (22/7) bersama Smart Cakrawala Aviation Sekretaris Daerah (Sekda) Malinau Ernes Silvanus memimpin ekspedisi penerbangan uji coba ke Desa Long Pala, Kecamatan Mentarang Hulu.
“Long Pala punya bandara perintis. Tapi sejak 2014 sudah tidak ada pesawat yang melayani rute ini. Makanya, kami mengajak Smart untuk uji coba apakah secara teknis bandara ini layak dilayani penerbangan perintis,” jelas Ernes.
Long Pala merupakan desa paling ujung di Kecamatan Mentarang Hulu. Hanya ada dua pilihan transportasi bagi masyarakat setempat. Jalur sungai atau udara. Nah, sejak penerbangan Misionaris MAF menghentikan operasional, praktis warga setempat hanya bergantung pada transportasi sungai.
Tentu saja, jalur sungai tidak lama dan mahal. Misalnya waktu tempuh untuk ke Ibu Kota Kecamatan Long Berang saja, bisa mencapai satu hari bahkan lebih.
“Semua tergantung air sungai. Kalau banjir berbahaya untuk ketinting. Begitu juga kalau surut, ketinting tidak bisa lewat,” cerita Konli Simson, Kades Long Pala.
Makanya warga setempat mengaku gembira, mendengar rencana Pemkab Malinau ingin membuka rute perintis di Long Pala. Memang ,di anggaran Subsidi Ongkos Angkut (SOA) udara Pemkab Malinau tahun ini, Long Pala tidak masuk list. Tentu saja untuk membuka penerbangan perintis bersubsidi, sejumlah tahapan harus dilakukan. Salah satunya adalah mengecek kelayakan bandara dan mengukur tingkat kesulitan Take Off & Landing untuk pesawat.
Smart Air yang dipercaya Pemkab Malinau melaksanakan operasi SOA udara bersedia melakukan penerbangan uji coba ke Bandara Long Pala. Uji coba ini menggunakan pesawat Pilatus PC-6. David yang menerbangkan pesawat itu melakukan sejumlah manuver sebelum landing. Ia mencoba dari segala sisi. Percobaan landing bahkan dilakukan hingga tiga kali.
“Geografisnya sangat unik. Banyak gunung. Posisi runway juga tidak sejajar dan ini termasuk sulit. Ada beberapa pohon tinggi yang harus ditebang biar aman,” ujar pria asal Prancis itu.
Yah, sudah dua tuhun David mondar-mandir di pedalaman Kaltara. Tapi hari itu, Ia mengaku baru pertama kali landing di Long Pala. David lah yang menentukan apakah bandara ini layak untuk didarati Pilatus. Makanya, beberapa saat setelah landing, David didampingi Aswinto Simanjuntak, penanggung jawab oprasional Smart di Malinau berkeliling runway.
Mereka berdua mengecek rumput yang tumbuh diatas runway. Dalam catatan mereka, kondisi rumput sangat baik. Kondisi tanah juga keras. Bandara ini cukup lebar. Panjangnya sekitar 300 meter. Namun ada beberapa catatan penting terkait obstacle atau hambatan berupa pohon-pohon tinggi di sisi sungai. David dan Aswinto meminta kepada warga untuk memotong beberapa pohon tinggi. Pohon itu yang membuat david sedikit terganggu saat landing.
“Kalau pohon itu bisa ditebang, membuat take off dan landing cukup aman,” ujar Aswinto kepada warga.
Permintaan Aswinto pun disanggupi warga. Mereka akan segera menebang pohon itu. Menurut Aswinto, pihak Smart akan melakukan evaluasi hasil penerbangan uji coba ini. Sejumlah faktor akan dihitung secara cermat. Termasuk, menentukan load atau beban pesawat.
“Minimal kami sudah punya data visual. Prioritas tentu saja keselamatan, tidak hanya sekadar bisa terbang. Walau pun kami punya pengalaman melayani rute perintis yang kondisinya mirip Long Pala, tetap semua harus diperhitungkan. Misalnya menentukan jumlah penumpang dan barang yang direkomendasikan secara teknis. Ok, kami terbang ke Long Pala, dari kapasitas 7 penumpang, hanya boleh diisi 5 orang. Itu akan kami sampaikan kepada Pemkab Malinau,” jelas Aswinto.
Sementara itu, Francis, Camat Mentarang Hulu berharap, SOA ke Long Pala bisa terealisasi. Ini sebagai upaya pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat pedalaman.
“Kalau Long Pala ada penerbangan perintis ini bisa dimanfaatkan warga desa sekitar. Bayangkan selama ini mereka tergantung dengan transportasi sungai,” jelas Francis.
Bagaimana keputusan Pemkab Malinau? Ernes Silvanus menjelaskan, untuk memasukan Long Pala dalam SOA harus melalui pertimbangan yang matang. Ia mengaku dalam waktu dekat akan melakukan evaluasi.
“Yang penting itu, pihak Smart tidak mengalami hambatan teknis. Soal anggaran, bisa saja rute Malinau-Long Pala masuk di SOA perubahan. Yang penting tujuan utama kami membuka akses di desa-desa pedalaman,” tutup Ernes. (pai/rdk)