Kasus Stunting Di Berau Masih Cukup Tinggi, Termasuk Balita

BERAU, Lensaku – Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Berau menunjukan 18,80 persen dari 4.366 balita mengalami stunting. Salah satunya disebabkan oleh ibu yang mengalami anemia, hypertensi, stres, hingga permasalahan pandemi Covid-19.

Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, Lamlay Sari, masih tingginya tingkat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi salah satu faktor pendukung terjadi stunting di Berau. “Termasuk BBLR ini adalah yang kurang dari 2.500 gram. Pencegahan stunting, bisa dilakukan sejak dalam kandungan juga,” ungkapnya.

Baca juga:  Immanuel Ebenezer Dijadwalkan Datang ke Bulungan Hari Ini

Kasus stunting di Berau yakni berada pada angka 13,90 persen atau 1.487 dari 10.701 balita ditimbang pada tahun 2019 silam. Dan pada tahun 2020 tercatat ada 18,06 persen dari 10.735 balita ditimbang.

Orangtua tidak perlu panik karena stunting bisa disembuhkan selama si anak masih berusia di bawah 2 tahun. “Jika sudah di atas 5 tahun itu, potensinya kecil untuk bisa sembuh.” Ungkap Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Berau.

Baca juga:  Kehadiran Immanuel Ebenezer Di Kaltara, Diharapkan Menjadi Sepirit Baru Untuk Perubahan

Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bupati Berau tentang Pelaksanaan Pendataan Sasaran Untuk Penentuan Desa Lokus Penurunan Stunting. “Jelas beda kasus, gizi buruk dan stunting. Gizi buruk itu tingginya normal, namun malnutrisi,” pungkasnya.

Semua pemangku kepentingan berperan penting dalam penanganan kasus stunting. Tidak hanya dari segi kesehatan.

“Selain faktor yang saya sebutkan tadi, pengaruh makanan juga berpengaruh. Kita tahu, hasil panen kita melimpah. Karena dibilang faktor ekonomi, saya rasa tidak terlalu berpengaruh ya ke stunting,” pungkasnya.

Baca juga:  Ketua DPRD Berau Harapkan Pemerintah Daerah Berikan Lapangan Pekerjaan Bagi Masyarakat Lokal.

Namun informasi dari Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Dinas Pangan Kabupaten Berau Edi Muspa, ada beberapa wilayah yang bergantung pada pasokan dari luar yaitu Maratua, Derawan dan Biduk-Biduk.

Kita belum melakukan diversifikasi pangan, kita inginnya makanan yang beragam, bergizi dan aman. Namun yang seimbangnya belum memenuhi, kita lebih banyak memfokuskan ke makanan yang berasal dari karbohidrat. Sementara yang berasal dari sayur-mayur masih kurang. ungkapnya. (Dez)

Bagikan: