BERAU, LENSAKU – Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) akan menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran baru 2022 mendatang. Penerapan kurikulum baru tersebut juga akan diterapkan ke SMA yang ada di Kabupaten Berau.
Seluruh tingkat satuan pendidikan jenjang SMA akan beralih ke kurikulum terbaru di era kepemimpinan Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek). Perlu diketahui, Kalimantan Timur merupakan provinsi pertama yang siap menerapkan kurikulum terbaru itu di tahun ajaran baru.
Juanita Sari sebagai Kepala Cabang Wilayah VI Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur membenarkan adanya perencanaan itu. Diakuinya, untuk Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Berau sudah resmi akan menerapkan kurikulum baru tersebut.
“Iya, SMA di Berau akan menerapkan kurikulum baru itu benar dan akan diterapkan di semester ganjil. Terkait hal tersebut kami sudah mengadakan pertemuan dengan setiap perangkat untuk penerapannya,” tuturnya, Senin (4/4).
Sementara itu, untuk semester genap seperti saat ini, seluruh SMA yang ada di Kabupaten Berau masih menerapkan Kurikulum 2013. Dikatakan Juanita, sudah ada beberapa SMA yang sudah mendaftarkan diri untuk mengadopsi kurikulum terbaru itu.
Sosialisasi mengenai kurikulum terbaru tersebut pun sudah dimulai. Dan juga telah disampaikan kepada tiap kepala sekolah yang tentunya secara umum. Hal tersebut pun terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013.
Dijelaskan Juanita, Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda. Konsep Kurikulum Merdeka merupakan sistem pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan bakat dan minat siswa. Di sistem itu, para siswa dapat memilih mata pelajaran apa yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.
“Untuk metodenya, kami berikan keleluasaan kepada masing-masing sekolah. Teruntuk prosesnya, tiap pelajaran ditekankan kepada siswanya. Tidak jauh perbedaannya dengan Kurikulum 2013,” terangnya.
Juanita menerangkan, siswa boleh membahas apa yang didapatkannya dari materi yang digalinya pada saat sedang di sekolah. Termasuk juga dengan kesulitan yang ditemui, disitulah mulai mengajar.
“Daripada guru harus menghabiskan waktu beberapa jam untuk membahas seluruh materi dengan kemampuan siswa yang berbeda – beda tentu saja itu sangat ridak efektif. Jadi, siswalah yang diberikan keluasan untuk mencari,” ungkapnya.
Meskipun demikian, penerapan dalam Kurikulum Merdeka tersebut terdapat beberapa kendala. Lantaran, perlu dilakukannya penyesuaian aktivitas dan pola belajar bagi setiap siswa. Terlebih lagi dalam pemerataan, dikatakan oleh Juanita harus dilakukan pertimbangan.
“Misalnya seperti SMA 1 yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, tetapi SMA yang lain masih Kurikulum 2013. Itulah yang harus dipersiapkan. Apalagi kendala letak SMA yang jauh juga harus dipersiapkan untuk penyesuaiannya,” jelasnya.
Terakhir, untuk Ujian Nasional (UN) siswa tidak lagi melaksanakannya. Namun, dialihkan ke Ujian Satuan Pendidikan (USP). Ujian tersebut diperuntukkan khusus kepada siswa yang telah duduk di bangku tahun akhir. Melalui USP tersebut diharapkan para siswa bisa belajar secara merdeka.
“Yang jelas, pada kurikulum baru ini siswa yang sudah tahu materinya agar bisa membantu siswa yang belum tahu, barulah itu efektif. Kalau isi dari kurikulum ini disederhakan pasti lebih fleksibel. Kalau yang lalu para guru sibuk dengan perangkat mengajar jadi guru terkadang sulit apabila hendak mengajar. Tetapi sekarang sudah disederhakan,” tandas Juanita. (Dez)